Persuasi, Efek Dakwah dan Tahap-tahap Perubahan Perilaku

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami (penulis) panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok dalam mata kuliah Ilmu Dakwah ini tepat pada waktunya. Melalui tugas kelompok ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ust, Mashud, S.Sos.I, M.Si. selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Dakwah yang telah memberi pengarahan, motivasi, serta ilmunya yang sangat berarti bagi penulis. Dan penulis juga berterima kasih kepada seluruh instansi yang telah mendukung penulis baik dari buku yang menjadi refrensi dan rujukan kami juga kepada temen-temen semester IV yang telah mendukun dan membantu serta menjadi motivasi bagi penulis
Penulis banyak berharap dengan segala hormat dan rasa rendah hati kami kepada para pembaca yang budiman sekiranya sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
                                                                                                                 
                                                                                              Surabaya, 03 April 2013

                                                                                                            Penulis

  
BAB II
PENDAHULUAN
 A.    Latar Belakang
Islam adalah agama yang berisi dengan petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab, dan berkualitas, selalu berbuat baik sehingga mampu membangun suatu peradaban yang maju, sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju bebass dari berbagai ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiaran. Agar mencapai yang diinginkan tersebut, diperlukan apa yang dinamakan sebagai dakwah. Karena dengan masuknya Islam dalm sejarah umat manusia, agama inimencoba meyakinkanumat manusia tentang kebenarannya dan menyeru manusia agar menjadi penganutnya.
Dalam mengembangkan dakwah, selain unsur-unsur dakwah, maka hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang da’i / mubaligh salah satunya adalah “Persuasi, Perubahan Prilaku dan Efek Dakwah” tersebut juga harus menjadi perhatian seorang da’i. Tanpa memperhatikan hal tersebut, maka dakwah seorang da’i sangt sulit untuk mengembangkannya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, dibuatlah makalah sederhana ini dengan judul pembahasan “PERSUASI, PERUBAHAN PRILAKU DAN EFEK DAKWAH” yang akan memberikan gambaran mengenai persuasi, perubahan prilaku dan efek dakwah yang kiranya sangat penting bagi mahasiswa, khususnnya jurusan dakwah.
Pepatah Arab mengatakan, “buku gudang ilmu, membaca adalah kunncinya”. Semoga dengan adanya makalah sederhana ini bisa menambah khazanah keilmuan kita dalam mengembangkan dakwah islamiyah dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
 B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, makalah ini merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Pengertian persuasi dan alat-alat (cara-cara) psikologi persuasi dakwah?
2.      Faktor yang mempengaruhi tahap-tahap perubahan perilaku?
3.      Hal-hal dalam evaluasi efek dakwah?
 C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah selain memecahkan permasalahan di atas, juga menjadi bahan bacaan sebagai pertimbangan dalam berdakwah. Karena dalam berdakwah kita (pendakwah / da’i) juga harus memperhatikan efek (evaluasi) dari dakwah kita tersebut.

  

BAB III
PEMBAHASAN

A.      Persuasi Dakwah
Usaha untuk mempengaruhi  pendapat, pandangan, sikap ataupun mengubah tingkah laku seseorang, bila perlu disertai dengan teror-teror yang dapat menekan batin dan menimbulkan ketakutan. Selain itu, ada cara persuasif, yaitu dengan mempengaruhi jiwa seseorang, sehingga dapat membangkitkan kesadaranya untuk menerima dan melakukan suatu tindakan.dakwaah termasuk jenis cara yang kedua.
Dakwah persuasi memerlukan prinsif yang sungguh-sungguh,  sebab persuasi mendasarkan usahanya pada segi-segi psikologis dan yang ingin diraih adalah kesadaran seseorang melaksanakan sesuatu. Oleh sebab itu, dakwah persuasif harus dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki pengetahuan dan keahlian. Dakwah harus tetep dilakukan sekalipun berhadapan dengan orang yang memungkinkanya sangat kecil untuk berubah, sebagaimana disebutkan dalam kutipan ayat (al-baqarah ayat 6-8) yang artinya “sesunguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. Di antara manusia ada yang mengatakan; kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,’’ padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman’’. maksud ayat ini bahwa dakwah lebih memaksimalkan jika menghadapi mitra dakwah yang keras kepala. Jika dakwah persuasif dilkukan dengan metode ceramah, pembicara dapat mengunakan alat-alat psikologis berikut, agar menghasilkan kesan yang mendalam (Suwito Kusumowidagdo) dalam T.A Latif Rousydy, 1989 (286-290), yaitu:[1]
1.      Decore, yaitu meyakinkan audiensi dengn menerangkan, menjelaskan, dan membuktikan kebenaran isi pesan dakwah, serta menunjukkan tidak benarnya pendapat lain yang bertentangan. Dalam menerangkan dan menjelaskan tersebut, pembicara harus menggunakan dukungan sejumlah bukti. Artinya dari hal yang sudah diketahui  meningkat kepada hal-hal baru yang belum di ketahui. dari hal yang pasti bagi pendengar meningkat kepada hal yang akan diykinkan kepastiannya. Jadi, pembicara harus tahu apa yang telah dikenal oleh pendengar sebagai hal yang sudah pasti dan ini dipakai sebagai loncatan.
2.      Permovere, yaitu cara mengerakkan perasan dan kemauan audensi dengan jelas directe pstbetiek, yakni dengan kekuatan perasan dan keyakinannya, pembicara melahirkan kata hatinya dengan penuh sangat yang penuh meyala-nyala.disamping itu juga dengan jalan inderecte patbeteiek, yaitu dengan tidak mengemukakan perasan dan keyakinannya, pembicara menggunakan kata-kata yang tegas dan kuat untuk menggambarkan apa yang dimaksud bersandar pada berimajinasi pendengar. selain itu menurut perhitungan pembicara, kata-katanya dapat menyentuh hati mereka, sehingga jiwanya bergetar menimbulkan perasan dan kemauan sesuai dengan dikehendaki pembicara. Dengan mengemukakan sebab dan akibat serta perasan dan persamaan, jiwa pendengar dipersiapkan untuk menanamkan keyakinan pembicara dalam menggunakan directe patbetiek, pembicara harus mengingat pula sifat isi  pesan, suasana yang sedang berlangsung, dan tingkat pengetahuan pendengaranya
3.      Conciliare, yaitu cara menarik perhatian pendengar terhadap isi ceramah dengan jalan:
a.         Menujukan pentingya masalah.
b.         Menujukan bahwan pendengar mempuyai kepentingan langsung dengan masalah tersebut.
c.         Mengunakan sopan santun ceramah, berbicara dengan tenang tapi pasti, dengan mengingat apa yang pantas dan apa yang tidak pantas untuk disampaikan kepada audiensi dengan aneka latar belakangnya.
d.        Memperhatikan cara-cara bicaranya.
e.         Menghias pokok pembicaraan yang mestinya tidak begitu baik. tetapi perlu dikemukakan, dengan kata-kata sedemikian rupa sehingga tidak menyinggung perasaan halus audiensi.
4.      Frapper toujor, teknik persuasi yang artinya “pukul terus” ini merupakan cara yang telah teruji untuk menanamkan suatu pengertian atau paham hingga mendalam. Maksud cara ini adalah dengan berulang-ulang dan tegas pengertian atau paham itu di kemukakan, dipuji, supaya mendengar hafal, mengetahui betul-betul, dan hingga timbul kepercayaan kepadanya. Lambat laun menjadi semboyan, menjadi buah mulut, atau bahkan menjadi sehari-hari. Dengan demikian, meresapalah paha atau pengertin itu kedalam pendengar. Dengan mengingat teori bahwa “tiap golongan kecil yang bersatu erat dan tegas sikapnya (tidak ragu-ragu) dapat menimbulkan revolusi”. Maka juga beberapa ahli ceramah yang dengan berulang-ulang selalu menggunkan satu prinsip dan tepat (semboyan). Akan diikuti oleh aundiensi, karena justru mereka harus akan kepastian batin.
5.      Simbols, yaitu cara memberi gambaran tentang apa yang dimaksudkan dalam pesan ceramah dengan bahasa lambang. Pembicar harus berfikir dan pembicara degan gambaran lambang-lambang yang telah dikenal oleh pendengar.
6.      Sensasi, yaitu sesuatu yang dapat memaksa pendengar menaruh perhatian kepad pembicara. Memaksa pendengar untuk mendengarkan dilakukan dengan mengemukakan:
a.         Apa saja yang serba hebat, serba besar, serba lain dari biasa.
b.         Apa saja yang serba baru yang belum pernah dialami.
c.         Apa saja yang tidak terduga atau tersangka.
d.        Apa saja yang serba melebihi harapan dan sebagainya dalam cara menyampikan undangan, menyusun cara, dalam menyusun kata-kata.
7.      Sugesti, yaitu suatu yang dapat menimbulkan keyakinan tanpa berfikir lanjut. Sesuai dengan sugesti haruslah bekerja bersama, keduanya tidak dapat dipisahkan. Keduanya dapat memberikan kepastian batin kepada udiensi. Dengan sugesti, pembicara berusaha mendorong pendengar untuk menerima pendapatnya. Sebelum timbul pendapat lain dalam pikiran pendengar, memang jika seseorang filsuf cukup meyakinkan seseorang dengan jalan pikiran, maka seseorang penceramah adalah suatu panggilan untuk menarik dan memikat pendengarnya. Ia tidak cukup memanggil pikiran, tetapi terutama memanggil hati pendengar.
8.      Prestise, Yaitu suatu kekuatan dalam diri seseorang yang meyebabkan orang lain segera membuka jiwanya untuk menerima dan mempercayai ucapannya. Prestise biasanya dimiliki seseorang setelah ia menujukkan jasa-jasa yang luar biasa  yang menimbulkan rasa hormat orang kepadanya. Pembicara yang memiliki prestise yang tinggi lebih muda diikuti isi pesannya oleh audensi.
Dengan demikian, seorang pembicara tidak cukup memiliki kemahiran dan dan teknik berceramah saja, tetapi ia harus memiliki prestise. Sebab, pada akhirnya yang menentukan berhasil atau tidaknya ceramah ditentukan oleh percaya atau tidaknya audensi kepada pembicara. Kepercayan audensi inilah yang menjadi dasar seluruh teknik ceramah.
Severin dan tankard Jr.(205:182) memberikan teknik persuasi lain untuk mengubah sikap. Berikut ini adalah teknik-teknik tersebut dengan beberapa ulasan dari penulis dalam presektif Al-quran pada ujung uraian. Pendakwah sebagai komunikator harus memperhatikan tiga teknik tersebut, yaitu:[2]
a)      Pesan Satu-Sisi dan Dua Sisi. Sebuah pesan dakwah harus disertai argumen yang menguatkannya. Inilah teknik pesan satu-sisi. Akan lebih kuat jika ditunjukkan bahwa pesan satu sisi efektif untuk audiensi yang sejak semula telah setuju terhadap pesan tersebut dan pesan dua sisi efektib buat mereka yang semula yang tidak meyetujuinya. Pesan satu-sisi untuk orang-orang yang berpendidikan lebih rendah dan pesan dua sisi efektif.
b)      Kredibilitas Sumber. Perubahan sikap seseorang dipengaruhi juga oleh sejauh mana kredibilitas komunikator. Kredibilitas tersebut menyangkut kejujuran (benar-salah, jujur-tidak jujur, bisa dipercaya-tidak di percaya, adil-tidak adil), frofesonalisme atau kopetensi (berpengalaman-tidak berpengalaman, bergaya propesional-tidak bergaya profesional), dinamisme (aktif-fasif, agresif-tidak agresif) dan objektivitas, (berpandangan terbuka-tertutup, objektif-sufjektif) semakin tinggi kredibilitas pendakwah semakin kuat pengaruhnya dalam sikap mitra dakwah. Lebih-lebih jika dikaitkan kualitas pesannya. Bukan berarti informasi berkredibilitas rendah tidak memiliki pengaruh, akan tetapi ia  memerlukan waktu lebih lama. Sebuah pesan yang meninggalkan kesan mendalam dari sumber berkredibilitas rendah akan berpengaruh ketika komunikan sudah lupa terhadap sumber atau berlalunya waktu untuk memisahkan sumber dan opini.
c)      Seruan Rasa Takut. Memengaruhi sikap juga bisa dilakukan dengan membangkitkan rasa takut, fear appeales. Agar orang rutin bersikat gigi, ia perlu menjelaskankan akibat-akibat penyakit yang akan ditimbulkan jika tidak melakukannya.  Akan tetapi, perlu diingat bahwa model hubungan fear appeals dan perubahan sikap adalah kurvalinier model ini mendeskripsikkan bahwa level ketakutan tinggi dan rendah dalam suatu pesan akan menghasilkan sifat menengah dan juga sifat terbesar.
Ada berapa ayat alQuran yang erat kaitannya dengan ketiga teknik di atas antara lain.[3]
1.      Allah mematahkan argumen orang yang meyakini adanya tuhan selain Allah. Ini adalah contoh dari persuasi satu-sisi dan dua sisi. Jelasnya dalam surah Al-anbiya ayat: 22
öqs9 tb%x. !$yJÍkŽÏù îpolÎ;#uä žwÎ) ª!$# $s?y|¡xÿs9 4 z`»ysö6Ý¡sù «!$# Éb>u ĸöyèø9$# $£Jtã tbqàÿÅÁtƒ ÇËËÈ   
Artinya: Sekiranya dilanggit dan dibumi ada tuhan-tuhan selain Allah yang mempunyai arsy dari apa yang mereka sifatkan. (Al-anbiya: 22)
2.      Untuk keredibilitas Rasulullah SAW. Sebagai bimbingan umat manusia, Allah SWT. Meyakinikan umat manusia dengan, menyebut beliau sebagai pribadi yang berahlak mulia dan patut di jadikan teladan.
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ
Artinya: Dam sesungguhnya kamu Muhammad benar-benar berbudi perkerti yang agung. ( Al-qolam: 4)

ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ  
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Al-ahzab: 21)
3.      Tentang teknik fear appeals. Ada beberapa ayat al-quran yang berisi berita yang mengembirakan (tabsyir) dan berita yang menakutkan yang berisi acaman-acaman (tandzir) agar keduanya memiliki pengaru persuasi yang tinggi, maka Allah membuat keseimbangan.
Mitra dakwah selalu beraneka dari segi entelektualitas, latar belakang sosiologis, dan temperamen pisikologisnya keanekaan latar belakang mereka membawa keanekaan pula dalam menerima persuasi dakwah. Secara psikologi, di antara mitra dakwah tersebut ada yang mudah di pengaruhi dan ada yang susah di pengaruhi.

B.       Tahap-Tahap Perubahan Prilaku
Bagaimana proses perubahan prilaku manusia setelah menerima pesan-pesan dakwah? Untuk menjawab pertanyan tersebut bagai mana kita mengubah diri kita sendiri. Menurutnya  Setiap perubahan menguba prilaku ada tiga tahap yaitu:[4]
1.      Akal, berupa keyakinan tentang suatu tindakan.
Jika tidak manusiawi bersumber dari perasan yang berpusat pada hatinya, maka yang mengerakankan perasan itu adalah pikiran.karena pikiran adalah pinjakan pertama untuk bertindakan sejauh mana keyakinan akal terhadap sesuatu,berarti sejau itu pula pengaruhnya pada persan.[5]
2.      Hati, berupa suara atau bisikan yang menyenangkan
Meskipun pemikiran berfungsi sebagai pijakan intiperbuatan, ia selalu di peroleh dari hati dengan rasa senang dan reaksi positifnya.Artinya perbuatan terwujud saat akal telah seakat dengan suatu pemikiran,lalu mengalir kehati. [6]
3.      Hawa nafsu, yang di ujutkan oleh anggota tubuh dalm bentuk tindakan nyata.
Allah menciptakan hawa nafsu dalam diri setiap manusia agar memiliki kecendrungan pada kesenangan inilah yang membuat seseorang bersantai-santai.dan bersenang- senang bersikap rakus dan sebagai. Jika seorang berjihad dengan hawa nafsu dan untuk melawan kebajikan, maka baruia dapat melakukan perbuatanprilakunya kearah kebenaran.[7]
Dakwah selalu diarahkan untuk memengaruhi tiga aspekperubahan pada diri mitra dakwah, yaitu aspek pengetahuannya (knowledge), aspek sikapnya (attitude),  dan aspek prilakunya (behavioral). Hampir sama dengan hal tersebut, Jalaluddin Rahmat (1982:269)menyatakan ketiga proses perubahan prilaku, yaitu:[8]
ü  Efek kognitif, berkaitan dengan perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek inii berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, keperccayaan atau informasi.
ü  Efek efektif, timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan nilai.
ü  Efek behavioral, yang merujuk pada prilakunyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiiasaan berprilaku.
Berdasarkan proses perubahan perilaku di atas, maka evaluasi terhadap penerimaan dakwah di tekankan untuk menjawab sejauh mana ketiga aspek perubahan tersebut, yaitu aspek kognitif, aspek efektif, dan aspek behavioral pada penerima dakwah.
1)      Efek Kognitif
Setelah menerima pesan dakwah, mitra dakwah akan meyerap isi dakwah tersebut melalui proses berfikir,efek kognitif ini bisa terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami dan di mengerti oleh mitra dakwah tentang isi pesan yang di terimanya. Jadi dengan menerima pesan dakwah di harapkan mitra dakwah mengubah cara berpikirnya tentang ajaran agama sesuai dengan pemahaman yang sebenarnya , seseorang dapat memahami dan dapat di mengrti pesan dakwah setelah melalui proses berpikir.[9]
2)      Efek Afektif
Efek ini merupakan pengaruh dakawah berupa prubahan sikap mitra dakwah setelah menerima pesan dakwah. Sikap adalah sama dengan proses belajar dengan tiga variabel sebagai penunjangnya. Yaitu: perhatian, pengertian, dan penerimaan.  Padatahap atau aspek ini ula penerima dakwah dengan pengertian dan pemikirannya terhadap pesan dakwah yangtelah di terimanya akan memmbuat keputusanuntuk menerima atao menolak pesan dakwah. Dengan demikian pertanyaan pokok  yang harus di jawab  pada efek kedua ini adalahapakah mitra dakwah menyetujui pesan dakwah tersebut atau menolaknya.[10]
3)      Efek Behavioral
Efek ini merupakan suatu bentuk efek dakwah yang berkenaan dengan pola tingkah laku mitra dakwah dalam merealisaikan pesan dakwah yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari. Tingkah laku ini di pengaruhi oleh kognitif, yaitu faktor-faktor yang di pahami oleh individu melalui tanggapan dan pengamatan dan dari perasaan itulah timbul keinginan-keinginan dalam individu yang bersangkutan.  Apabila orang itu bersikap positif, maka ia cenderung untuk berbuat yang baik, dan apabila ia bersikap negatif, maka ia cenderung untuk berbuat negatif. Jadi pada hakikatnya perbuatan dan prilaku seseorang itu adalah perwujudan dari perasaan dan pikiran.
Dalam hal ini para ahli komunikasi sama-sama berpendapat bahwa untuk hasil komuikasi yang maksimal sebaiknya menggunakan pendekatan A-A Procedure (from Attention to Action procedure). Pendekatan ini adalah penyederhanaan dari suatu prosesyang singkat AIDDA, yaitu: Attention (perhatian), Interest (minat), desire (hasrat), Decision (keputusan), dan Action (kegiatan).[11]

C.      Evaluasi Efek Dakwah
Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi. Demikian juga dakwah sebagai kegiatan peningkatan iman seseorang atau kelompok. Ketika dakwah telah di lakukan oleh seorang pendakwah dengan pendekatan, strategi, metode, pesan, dan menggunakan media tertentu, maka pasti akan timbul respons dan efek (atsar) pada mitra dakwah yang menerimanya.
Apa saja yang seharusnya di evaluasi dari pelaksanaan dakwah? Pada dasarnya yang harus di evaluasi mencakup seluruh komponen dakwah yang di kaitkan dengan tujuan dakwah yang telah di tetapkan dengan hasil yang di capai. Evaluasi selalu menggunakan perencanaan yang berisi tujuan sebagai tolak ukurnya. Dengan demikian, dakwah yang tidak terencana berarti dakwah tersebut tidak bisa di evaluasi ukuran hasilnya. Akan tetapi Rousydy (1989: 335-337) menetapkan beberapa hal yang harus di evaluasi, yakni:[12]
1.      Penyajian pesan komunikasi
2.      Perhatian
3.      Pemahaman
4.      Tunduk pada pesan pembicara
5.      Pmahanan dalam ingatan
6.      Tingkah laku
  

BAB IV
KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, sebagai berikut :
1.      Persuasi ialah usaha untuk mempengaruhi  pendapat, pandangan, sikap ataupun mengubah tingkah laku seseorang, bila perlu disertai dengan teror-teror yang dapat menekan batin dan menimbulkan ketakutan.
2.      Sedangkan dalam istilah dakwah persuasi yaitu dengan mempengaruhi jiwa seseorang, sehingga dapat membangkitkan kesadaranya untuk menerima dan melakukan suatu tindakan.
3.      alat-alat psikologis dalam persuasi dakwah menurut (Suwito Kusumowidagdo) dalam T.A Latif Rousydy, 1989 (286-290), agar menghasilkan kesan yang mendalam yaitu:[13]
ü  Decore, yaitu meyakinkan audiensi dengn menerangkan, menjelaskan, dan membuktikan kebenaran isi pesan dakwah, serta menunjukkan tidak benarnya pendapat lain yang bertentangan.
ü  Permovere, yaitu cara mengerakkan perasan dan kemauan audensi dengan jelas directe pstbetiek.
ü  Conciliare, yaitu cara menarik perhatian pendengar terhadap isi ceramah dengan jalan:
a.       Menujukan pentingya masalah.
b.      Menujukan bahwan pendengar mempuyai kepentingan langsung dengan masalah tersebut.
c.       Mengunakan sopan santun ceramah, berbicara dengan tenang tapi pasti, dengan mengingat apa yang pantas dan apa yang tidak pantas untuk disampaikan kepada audiensi dengan aneka latar belakangnya.
d.      Memperhatikan cara-cara bicaranya.
e.       Menghias pokok pembicaraan yang mestinya tidak begitu baik. tetapi perlu dikemukakan, dengan kata-kata sedemikian rupa sehingga tidak menyinggung perasaan halus audiensi.
ü  Frapper toujor, teknik persuasi yang artinya “pukul terus”, Maksud cara ini adalah dengan berulang-ulang dan tegas pengertian atau paham itu di kemukakan, dipuji, supaya mendengar hafal, mengetahui betul-betul, dan hingga timbul kepercayaan kepadanya.
ü  Simbols, yaitu cara memberi gambaran tentang apa yang dimaksudkan dalam pesan ceramah dengan bahasa lambang. Pembicar harus berfikir dan pembicara degan gambaran lambang-lambang yang telah dikenal oleh pendengar.
ü  Sensasi, yaitu sesuatu yang dapat memaksa pendengar menaruh perhatian kepad pembicara. Memaksa pendengar untuk mendengarkan dilakukan dengan mengemukakan:
a.       Apa saja yang serba hebat, serba besar, serba lain dari biasa.
b.      Apa saja yang serba baru yang belum pernah dialami.
c.       Apa saja yang tidak terduga atau tersangka.
d.      Apa saja yang serba melebihi harapan dan sebagainya dalam cara menyampikan undangan, menyusun cara, dalam menyusun kata-kata.
ü  Sugesti, yaitu suatu yang dapat menimbulkan keyakinan tanpa berfikir lanjut.
ü  Prestise, Yaitu suatu kekuatan dalam diri seseorang yang meyebabkan orang lain segera membuka jiwanya untuk menerima dan mempercayai ucapannya.
4.      Rousydy (1989: 335-337) menetapkan beberapa hal yang harus di evaluasi, yakni:[14]
ü  Penyajian pesan komunikasi
ü  Perhatian
ü  Pemahaman
ü  Tunduk pada pesan pembicara
ü  Pmahanan dalam ingatan
ü  Tingkah laku


















BAB V
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya penulis dan bahan rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

  

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Azis Muhammad Ali, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi, Kencana: Jakarta, 2009.
Amin M. Mansyur, Dakwah Islam Dan Pesan Moral (Cet. I; Yogyakarta: al-Amin Press, 1997).
Effendy Onong Uchyana, Ilmu Teori dan Falsafat Komunikasi (Cet. II; Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000).
Hilali Majdi, Kaifa Nughayyir Ma bi Anfusina, 2008.
Mubarok Achmad, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999).
Natsir Muhammad, Fiqhud Da’wah (Jakarta: Media Da’wah, 2000).
Rachmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998).
Rahmat Jalaluddin, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktek Berpidato, (Bandung: Akademika, 1982).
Tasmara Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997).
Thohir Luth, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999).



[1] Azis Muhammad Ali, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi, Kencana: Jakarta, 2009. Hlm 446.
[2] Azis Muhammad Ali, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi, Kencana: Jakarta, 2009. Hlm 449.
[3] Azis Muhammad Ali, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi, Kencana: Jakarta, 2009. Hlm 451.
[4] Hilali Majdi, Kaifa Nughayyir Ma bi Anfusina, 2008. Hlm 47.
[5] Azis Muhammad Ali, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi, Kencana: Jakarta, 2009. Hlm 454.
[6] Ibid. Hlm 455.
[7] Ibid.
[8] Azis Muhammad Ali, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi, Kencana: Jakarta, 2009. Hlm 446.
[9] Ibid. Hlm 456.
[10] Ibid. Hlm 457.
[11] Ibid.
[12] Azis Muhammad Ali, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi, Kencana: Jakarta, 2009. Hlm 463.
[13] Azis Muhammad Ali, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi, Kencana: Jakarta, 2009. Hlm 446.
[14] Azis Muhammad Ali, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi, Kencana: Jakarta, 2009. Hlm 463.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

penulis sangat mengharapkan saran, kritik, dan pesan pembaca. so jangan lupa tinggalkan komentarnya yea,,,
atau bsa tulis lngsung di guestbook,,, thanks your visited