PENGEMBANGAN
ORGANISASI
Lebih
dikenal dengan organization development (OD) .Pengertian pokok OD adalah
perubahan yang terencana (planned change).
Perubahan , dalam bentuk pembaruan organisasi dan modernisasi, terus menerus
terjadi dan mempunya pengaruh yang sangat dominan dalam masyarakat kini.
Organisasi beserta warganya, yang membentuk masyakat modern, mau tidak mau
harus beradaptasi terhadap arus perubahan ini. Perubahan perubahan yang terjadi
pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam empat katagori , yaitu perkembangan
teknologi, perkembangan produk, ledakan ilmu pengetahuan dan jasa yang
mengakibatkan makin singkatnya daur hidup produk,serta perubahan sosial yang
mempengaruhi perilaku, gaya hidup, nila nila dan harapan tiap orang.
Untuk
dapat bertahan , organisasi harus mampu mengarahkan warganya agar dapat beradaptasi
dengan baik dan bahkan agar mampu memanfaatkan dampak positif dari berbagai
pembaruan tersebut dengan pengembangan diri dan pengembangan organisasi. Proses
mengarahkan warga organisasi dalam mengembangkan diri menghadapi perubahan
inilah yang dikenal luas sebagai proses organization development (OD).
- Pengertian
Pengembangan Organisasi
Organization
Development (OD) atau Pengembangan Organisasi (PO) merupakan suatu disiplin
perubahan dan perencanaan organisasi yang menekankan pada penerapan ilmu pengetahuan
dan praktek keperilakuan untuk membantu organisasi mencapai efektivitas yang
lebih besar. Para manajer dan staf ahli harus bekerja serius untuk melaksanakan
tugas-tugasnya untuk menjalankan organisasi yang selaras dengan dinamika
perubahan. Di dalam menghadapi akselerasi perubahan yang semakin cepat, OD
mutlak dibutuhkan dan diperlukan untuk dapat mengatasi konsekuensi-konsekuensi
dari perubahan tersebut.
Sifat
dan kebutuhan organisasi telah mengalami perubahan secara dramatis. Sejalan
dengan itu, tuntutan pengembangan organisasi telah mengalami perubahan pula.
Oleh karena itu, kita perlu memahami dan mempertimbangkan beberapa definisi
pengembangan organisasi untuk mengetahui metode pengembangan organisasi yang
telah mengalami perubahan. Beckhard mendefinisikan pengembangan organisasi pada
tahun 1969 dimana saat itu organisasi
dianggap seperti mesin yang cenderung. Menurut Beckhard, “Organization Development is an effort planned, organization-wide, and
managed from the top, to increase organization effectiveness and health through
planned interventions in the organization's 'processes,' using
behavioral-science knowledge.”[1] Mengacu
pada definisi ini, maka OD merupakan upaya organisasi secara sadar dan
mengetahui akan kebutuhannya untuk melakukan pengembangan organisasi secara
terencana, pelebaran organisasi, pengelolaan OD dari atas. OD ini dilakukan
dalam rangka menciptakan efektivitas organisasi melalui intervensi yang
terencana. Pengertian ini mengandung maksud, pertama, OD memang direncanakan dengan mendasarkan sifat organisasi
yang responsiveness terhadap dinamika perubahan. Untuk kebutuhan ini,
organisasi perlu membekali diri agar selalu tanggap terhadap signal perubahan. Kedua, Atas dasar perencanaan organisasi
ini, maka dilakukan pelebaran organisasi sebagai wujud dari pengembangan.
Pelebaran di sini dimaksudkan sebagai upaya perespon perubahan lingkungan
bisnis. Ketiga, pengembangan
organisasi datang dari Chief Executive Officer (CEO) atau top management,
artinya pengembangan organisasi direncanakan dan dikendalikan oleh CEO, dengan
tujuan sasaran dan tujuan OD dapat dicapai. Keempat, OD bertujuan untuk
mencapai efektivitas dan kesehatan organisasi.
Kondisi
sekarang ini organisasi-organisasi bisnis beroperasi dalam lingkungan yang
cepat berubah dan penuh dinamika persaingan. Oleh karena itu, salah satu
strategi paling penting bagi organisasi adalah kemampuan untuk mengelola
perubahan. Mengapa demikian? Mengelola perubahan membutuhkan seni untuk selalu
berinteraksi dengan dinamika perubahan yang datang secara internal maupun
eksternal. Perhatikan definisi berikut OD: “The
assumption behind OD is that when people pursue both of these objectives
simultaneously, they are likely to discover new ways of working together that
they experience as more effective for achieving their own and their shared
(organizational) goals”.[2]
Nielsen lebih menekankan bahwa OD dimaksudkan untuk menciptakan suasana baru,
cara baru untuk meraih tujuan organisasi dengan cara yang lebih efektif.
Suasana baru dan cara baru ini merupakan respon organisasi terhadap perubahan
lingkungan organisasi yang kian dinamis dan berkembang.
Cummings
and Worley mendefinisikan OD dengan mengacu pada pengaruh tekanan perubahan
lingkungan. Menurut Cummings and Worley: "Organization
development is a system-wide application of behavioral science knowledge to the
planned development and reinforcement of organizational strategies, structures,
and processes for improving an organization's effectiveness."[3]
Organization Development (OD) dipandang sebagai suatu sistem aplikasi ilmu
pengetahuan perilaku untuk merencanakan pengembangan dan memperkuat strategi
organisasi, struktur, dan proses peningkatan efektivitas suatu organisasi.
Menurut Cummings and Worley, OD merupakan penerapan terhadap ilmu perilaku organisasi
yang dihubungkan dengan dinamika perubahan dalam rangka:
Pertama,
memperkuat strategi organisasi. Strategi perubahan akan senantiasa mengalami
perubahan, terutama ketika dihadapkan dengan kompetisi pasar, kompetisi
pelayanan kepada pelanggan, efisiensi produktivitas, total quality management
dan lain-lain. Strategi organisasi harus senantiasa dibenahi dan diinovasi
dengan mengacu hasil kinerja organsasi.
Kedua, memperkuat
struktur organisasi guna menyesuaikan tingkat pelayanan kepada pelanggan. Pada
umumnya, struktur organisasi/ perusahaan di Indonesia cukup rumit dan panjang,
sehingga rantai birokrasinya menyusahkan para penggunanya. Hal ini dikarenakan
oleh struktur organisasi yang tidak ramping. Kondisi ini perlu dibenahi dan
diinovasi agar organisasi responsif terhadap dinamika perubahan. ukur
keberhasilan dari OD. Jika OD tidak membuahkan hasil pada peningkatan kinerja
organisasi secara efektif, berarti OD perlu diperbaiki ulang atau ditata ulang
(reinventing organization).
Dari beberapa pengertian
diatas dapat kita ambil beberapa kesimpulan di antaranya, yaitu:
ü PO merupakan suatu proses yang meliputi
serangkaian perencanaan perubahan yang sistematis yang dilakukan secara
terus-menerus oleh suatu organisasi
ü PO merupakan suatu pendekatan situasional
atau kontingensi untuk meningkatkan efektifitas organisasi
ü PO lebih menekankan pada system sebagai
sasaran perubahan
ü PO meliputi perubahan yang sengaja
direncanakan
Oleh
karena itu dari beberapa bagian diatas kita dapat mendefinisikan bahwa,
pengembangan organisasi ialah sebagai suatu usaha yang terencana, sistematis,
terorganisasikan, dan lebih bersifat kolaboratif antara prinsip pengetahuan
tentang perilaku dan teori organisasi dipadukan dan diaplikasikan (integreated and aplicated) guna
meningkatkan kualitas kehidupan organisasi yang tercermin pada peningkatan
kesehatan dan vitalitas organisasi. Pengertian ini hampir sama dengan
pendapat-pendapat pakar organisasi yang lebih dulu disebutkan dimuka, hanya
saja pengertian ini lebih memfokuskan pada hasil dari OD/PO, yaitu intensitas
komunikasi internal organisasi yang meningkat, kompetensi dan harga diri
anggota kelompok yang semakin baik, dan adanya pengakuan dari masyarakat bahwa
organisasi tersebut telah semakin baik dalam kinerjanya.
- Teori-Teori
Pengembangan Organisasi
Sejarah
Pengembangan Organisasi sangat erat hubungannya dengan teori organisasi. Teori
Organisasi meliputi teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik, dan
teori organisasi modern.
- Teori
Organisasi Klasik
Teori
klasik (classical theory)
kadang-kadang disebut juga teori tradisional yang berisi konsep-konsep tentang
organisasi mulai tahun 1800-an (sekitar abad ke 18-19). Dalam teori ini,
organisasi secar umum digambarkan oleh para teoritisi klasik sebagai organisasi
yang sangat tersentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi, serta
memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku dan tidak mengandung
kreatifitas. Dalam teori ini organisasi didefinisikan sebagai struktur
hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan,
kegiatan-kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain bila orang-orang bekerja
sama.
Teori
Klasik berkembang dalam 3 aliran yaitu:
a)
Teori
Birokrasi
Teori
ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya “The Protestant Ethic dan Spirit
of Capitalism”.[4] Karakteristik-karakteristik
birokrasi menurut Max Weber: Pembagian
Kerja yang jelas, Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik,Program rasional
dalam mencapai tujuan organisasi, Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja,
Sistem aturan yang mencakup Hak dan Kewajiban posisi para pemegang jabatan.
b)
Teori
Administrasi
Hubungan
antar pribadi yang bersifat impersonal. Teori ini sebagian besar dikembangkan
atas dasar sumbangan Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa serta Mooney dan
Reiley dari Amerika. Henri Fayol mengemukakan dan membahas 14 kaidah manajemen
yang menjadi dasar perkembangan teori ini yaitu: Pembagian Kerja / Division of Work, Wewenang dan Tanggung jawab, Disiplin,
Kesatuan perintah, Kesatuan pengarahan, Mendahulukan kepentingan umum dari pada
pribadi, Balas jasa, Sentralisasi, Rantai scalar, Aturan, Keadilan, Kelanggengan
personalia, Inisiatif, Semangat korps.
c)
Manajemen
Ilmiah
Manajemen
Ilmiah dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor tahun 1900. Ada beberapa
pendapat tentang manajemen ilmiah, salah satunya adalah mengatakan manajemen
ilmiah merupakan penerapan metode ilmiah pada studi, analisa, dan pemecahan
masalah-masalah organisasi. Taylor mengemukakan empat kaidah dasar manajemen
yang harus dilaksanakan dalam organisasi perusahaan, yaitu: Menggantikan metoda-metoda kerja dalam
praktek dengan berbagai metoda yang dikembangkan atas dasar ilmu pengetahuan
tentang kerja yang ilmiah dan benar, Mengadakan seleksi, latihan-latihan dan
pengembangan para karyawan secara ilmiah, Pengembangan ilmu kerja serta
seleksi, latihan dan pengembangan secara ilmiah harus diintegrasikan, Untuk
mecapai manfaat manajemen ilmiah, perlu dikembangkan semangat dan mental para
karyawan.
Teori
organisasi klasik sepenuhnya hanya menguraikan anatomi organisasi formal. Dalam
organisasi formal ada empat unsure pokok yang selalu muncul, yaitu: System Kegiatan yang terkoordinasi, Kelompok
orang, Kerjasama, Kekuasaan dan kepemimpinan.
Menurut
para pengikut aliran teori klasik, adanya suatu organisasi formal sangat
tergantung pada empat kondisi pokok, yaitu: Kekuasaan,
Saling melayani, doktrin, disiplin.
- Teori
Organisasi Neoklasik
Teori
Neoklasik secara sederhana dikenal sebagai aliran hubungan manusiawi (The Human Relation Movement). Teori
neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Dasar teori ini adalah
menekankan pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu
maupun sebagai bagian kelompok kerjanya. Perkembangan teori neoklasik dimulai
dengan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan di Howthorne dan dari
tulisan Huga Munsterberg.
Percobaan-percobaan
ini dilakukan dari tahun 1924 sampai 1932 yang menandai permulaan perkembangan
teori hubungan manusiawi dan merupakan kristalisasi teori neoklasik. Pada
akhirnya percobaan Howthorne menunjukkan bagaimana kegiatan kelompok-kelompok
kerja kohesif sangat berpengaruh pada operasi organisasi.
Dalam
hal pembagian kerja, teori neoklasik mengemukakan perlunya hal-hal sebagai
berikut: partisipai, perluasan kerja,
manajemen bottom-up.
- Teori
Organisasi Modern
Teori
modern biasanya disebut juga sebagai analisa sistem pada organisasi. Teori
modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan dan saling
ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu
sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi
organisasi merupakan sistem terbuka.
Teori
modern dikembangkan tahun 1950, dalam banyak hal yang mendalam teori modern
dengan klasik berbeda, perbedaan tersebut diantaranya:
Teori
Klasik memusatkan pandangannya pada analisa dan deskripsi organisasi,
membicarakan konsep koordinasi, scalar dan vertikal.
Teori
Modern menekankan pada perpaduan dan perancangan menjadikan pemenuhan suatu
kebutuhan yang menyeluruh, lebih dinamis dan lebih banyak variabel yang
dipertimbangkan.
Teori
Modern menunjukkan tiga kegiatan proses hubungan universal yang selalu muncul
pada sistem manusia dalam perilakunya berorganisasi, yaitu: komunikasi, konsep keseimbangan, proses
pengambilan keputusan.
Tujuan
Perkembangan Organisasi
1)
Menciptakan
keharmonisan hubungan kejra antara pimpinan dengan staf anggota organisasi.
2)
Menciptakan
kemampuan memecahkan persoalan organisasi secara lebih terbuka.
3)
Menciptakan
keterbukaan dalam berkomunikasi.
4)
Merupakan
semangat kerja para anggota organisasi dan kemampuan mengendalikan diri.
- Kendala-Kendala
Pengembangan Organisasi
Dalam
sebuah organisasi pasti akan terdapat sebuah perubahan atau pengembangan untuk
membuat suatu yang lebih baik/lebih memajukan. Tidak banyak individu atau
organisasi menyukai adanya perubahan. namun perubahan itupun harus tetap
dihadapi untuk sebuah pembaruan.
Faktor
perubahan dapat terjadi karna 2 faktor, yaitu factor internal dan factor
eksternal.
·
Faktor
internal adalah segala keseluruhan factor yang ada di dalam organisasi dimana
factor tersebut dapat mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi.
·
Faktor
eksternal adalah segala keseluruhan factor yang ada di luar organisasi yang
dapat mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi. Beberapa factor tersebut
antara lain : Politik, Hukum ,
Kebudayaan, Teknologi, Sumber alam, Demografi dan sebagainya.
Dari
perubahan yang telah dilakukan pasti akan membawakan hasil/menimbulkan beberapa
perubahan dalam suatu organisasi. dalam menangani masalah tersebut, alangkah
baiknya organisasi tersebut melakukan penyesuaian diri agar sifat dari
organisasi yang sebelumnya tidak lenyap dan tetap berjalan, saat terjadi
perubahan struktur organisasi, haruslah tetap berpegang teguh kepada prinsip
bahwa struktur organisasi telah disusun dan di tetapkan dengan tujuan
memberikan suatu gambaran tentang berbagai hal dalam organisasi tersebut.
Pada
saat melakukan beberapa perubahan dalam suatu organisasi pasti proses tidak
berjalan dengan begitu lancar, banyak kendala-kendala atau hambatan-hambatan
dalam proses perubahan tersebut. Hambatan tersebut umumnya terjadi dari luar
atau dari factor ekstenal.
Hambatan utama
yang dihadapi organisasi adalah rendahnya motivasi kerja karyawan. Hal ini
menghambat pencapaian efektivitas organisasi yang menuntut adanya peran aktif dari
pelaku organisasi, yaitu sumber daya
manusianya untuk dapat mengelola sumber
daya lain yang ada dalam organisasi dalam mencapai tujuannya.
Hambatan terbesar kedua yang dihadapi organisasi adalah lemahnya kerja sama
tim. Pelaku-pelaku organisasi kurang dapatsaling bahu-membahu dan saling
menopang dengan kekuatan dan kelemahannya masing-masing dalam bekerja sama demi
mencapai tujuannya. Hal ini akan menghambat pencapaian hasilkerja kelompok
Dan
dalam hal ini yang menjadi kendala dalam pengembangan organisasi secara garis
besar terdapat dalam masalah pokok yang berkaitan dengan pengembangan sumber
daya manusianya.yang mana biasanya lebih dominan dalam mengembangkan kuantitas
dan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi dinamika perkembangan dunia yang
cepat. Ini berarti tingkat pendidikan sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Manusia harus terus dikejar, serta
menciptakan kesempatan kerja yang mencakup pemanfaatan sumber daya manusia
secara maksimal. Sumber daya manusia yang memiliki tingkat produktivitas
tinggi.
Dimensi
sumber daya manusia meliputi jumlah, komposisi, karakteristik (kualitas), dan
persebaran penduduk. Dimensi tersebut saling terkait satu sama lainnya. Selain
keterkaitan antara kuantitas dan kualitas, komposisi dan persebaran juga sangat
penting. Bila rasio ketergantungan tinggi, artinya banyak penduduk usia tidak
produktif, pengembangan sumber daya manusia juga akan mengalami banyak
kesulitan. Demikian pula bila sumber daya manusia yang berkualitas terkonsentrasi
di wilayah tertentu.
Ada
beberapa pendekatan untuk mengembangkan sumber daya manusia, Satu diantaranya
adalah pendekatan mutu modal manusia (human
capital). Dalam pendekatan human capital,
manusia menempati peranan yang amat penting selain modal (uang), sumber alam,
dan teknologi dalam proses produksi. Untuk mengembangkan sumber daya manusia,
perlu juga diingat bahwa ada beberapa hambatan yang tentu akan dihadapi. Secara
garis besar hambatan itu ada dua, hambatan dari dalam dan hambatan dari luar.
Akan tetapi menurut perhitungan World Bank, untuk negara berkembang seperti
Indonesia, hambatan dari dalam lebih besar pengaruhnya. Dua hal kiranya bisa
menggambarkan keadaan sumber daya manusia Indonesia saat ini disamping hal-hal
lain, yaitu pendidikan dan ketenagakerjaan.
Ada
dua alasan mengapa pendekatan pemecahan masalah dalam pengembangan sumber daya
manusia diperlukan:
a.
Karena
kurangnya konsepsi tentang pengembangan sumber daya manusia
b.
meningkatnya
kebutuhan penyelesaian masalah baik kini maupun masa datang.
Dalam
model ini, syarat mutlak yang diperlukan adalah memandang manusia secara utuh.
Manusia adalah pelaku, pelaksana, dan penikmat pembangunan, dengan menyertakan
suasana kebebasan dan keterbukaan sehingga merangsang tumbuhnya entrepreunership.
Dengan demikian, para pelaku pembangunan dituntut pertama kali untuk menguasai
permasalahan dan kreativitas untuk mencari berbagai alternatif pemecahan. Cara
yang diperlukan untuk cara itu adalah penguasaan informasi dan kemampuan
memilih informasi tersebut. Disamping tentu saja, meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman yang diperoleh dengan salah
satu cara, yakni meningkatkan tingkat pendidikan. Penguasaan informasi
merupakan aset penting dalam rangka mencari atau mengembangkan alternatif yang
sudah dipilih. Atas dasar itu maka dapat dikembangkan sasaran yang hendak
dicapai.
Adapun
faktor-faktor penghambat lainnya menurut Herbert Kaufman[5]
mengemukakan bahwa kegagalan untuk mengadakan perubahan didalam organisasi dapat
disebabkan oleh beberapa factor. Factor-faktor tersebut dikelompoknya menjadi
tiga kategori besar, yaitu:
1)
Hasrat
untuk mempertahankan kestabilan hidup bersama (acknow ledged collective benefits of stability).
Dengan
aturan yang sudah
melembaga pada suatu
organisasi telah terbentuk pola prilaku
yang sudah disepakati
dan tampil sebagai
iklim kerja yang mewarnai
kehidupan organisasi yang
menciptakan kehidupan yang
stabil dengan rasa aman
dan silahturahmi yang
baik antara indiv idu
yang terkait. Oleh karena itu
adanya perubahan dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan dan keresahan sehingga
mengundang ketidak stabilan organisasi.
2) Pertimbangan atas lawan-lawan yang
mungkin dihadapi untuk mengadakan perubahan (calculated
opposition to change).
Kelompok
oposisi atas perubahan
akan dating dari
dalam maupun dari
luar organisasi, baik secara
perseorangan maupun berkelompok.
Munculnya kaum oposisi ini dapat berdasarkan pada berbagai alasan,
antara lain:
a) Untuk
melindungi keadaan yang
dipandang sudah baik
dan sedang dinikmati (prevailing adv antage).
b) Untuk
melindungi kualitas yang sudah ada
(protection of quality), dalam hal
ini dikhaw atirkan perubahan
didalam organisasi akan
menimbulkan gangguan terhadap kualitas produk yang sudah dicapai.
c) Kekhawatiran akan
biaya perubahan (psyhic cost
of change), Dalam hal ini perubahan organisasi terhambat oleh
pertimbangan manfaat perubahan dibandingkan dengan biaya yang harus digunakan.
3)
Ketidakmampuan
untuk mengadakan perubahan (inability to
change)
Ketidakmampuan untuk
berubah menurut pendapat
Herbert Kaufmant (1985:15) adalah
karena beberapa alasan, antara lain:
a)
Pembuatan
mental (mental Blinders)
Pembuatan mental
didalam organisasi antara
lain melalui prilaku secara terprogram
melalui metoda yang
sama dengan pengarahan, instruksi atau
indoktrinasi sehingga tertanam
pada semua anggota organisasi. Pengisian
posisi-posisi didalam organisasi
didasarkan pada pemilihan tidak hanya atas keahlian.
b)
Hambatan
Sistem (systemic Obstacles)
Hambatan system
merupakan hambatan internal
dalam diri orang-orang
dalam organisasi yang
membentuk karena pengendalian
dari luar diri orang-orang tersebut, yaitu dari system organisasi. Hambatan-hambatan
tersebut meliputi:
I.
Keterbatasan sumber daya (resource limitation)
Hal ini terjadi
karena terbatasnya sumber
daya yang dimiliki, baik sumber
daya alam maupun
sumber daya manusia,
sehingga tidak mampu membiayai
perubahan yang diharapkan.
II.
Terperangkap oleh biaya (sunk Cost)
Perubahan yang
diharapkan dilaksanakan dalam
organisasi dapat terhambat karena
organisasi terperangkap oleh
biaya yang harus dikeluarkan untuk
kekayaan yang tidak
dapat dengan cepat diuangkan sebagai
akibat inv estasi pada
kekayaan tetap yang memberikan hasil (ROI ) tidak sesuai
dengan yang diharapkan.
III.
Akumulasi
hambatan-hambatan perilaku yang
bersifat resmi
(accumulations of official constrain’ son
Behaviour).
Hambatan-hambatan ini
dapat berupa status,
ketentuan-ketentuan hokum,hubungan
personal didalam struktur
organisasi, dan lain-lain,
yang semakin berpengalaman
suatu organisasi, semakin berkembang ketentuan-ketentuan resmi
yang melembaga dan membatasi perilaku individu-individu di
dalamnya.
IV.
Hambatan-hambatan
perilaku yang tidak
resmi dan tidak direncanakan.
Hambatan ini
datang melalui kelompok
informal didalam organisasi formal,
berupa antara lain
sabotase baw ahan terhadap program perubahan.
V.
Kesepakatan antar organisasi
Perubahan organisasi
juga dapat terhambat
oleh kesepakatan organisasi dengan
organisasi lain. Kesepakatan
ini dapat berupa kontak kerja, kesepakatan dengan pelanggan (perjanjian jual-beli), kesepakatan dengan
pesaing (melalui OPS),
kesepakatan untuk mematuhi ketentuan
pemerintah, dan lain-lain.
Untuk melaksanakan
perubahan didalam organisasi,
maka hambatan-hambatan tersebut
harus dapat diantisipasi dan
diatasi, mengingat bahwa perubahan didalam
organisasi merupakan tuntutan
yang perlu dilaksanakan seiring dengan
laju dinamika masyarakat
tempat organisasi berada.
Perubahan ini
dapat dilaksanakan sebagai
keharusan atau secara
sukarela (involuntary change or
voluntary change).
BAB II
KESIMPULAN
- Dari
beberapa pengertian yang telah di sebutkan diatas dapat kita ambil
beberapa kesimpulan di antaranya, yaitu:
ü PO merupakan suatu proses yang meliputi
serangkaian perencanaan perubahan yang sistematis yang dilakukan secara terus-menerus
oleh suatu organisasi
ü PO merupakan suatu pendekatan
situasional atau kontingensi untuk meningkatkan efektifitas organisasi
ü PO lebih menekankan pada system sebagai
sasaran perubahan
ü PO meliputi perubahan yang sengaja
direncanakan
Oleh
karena itu dari beberapa bagian diatas kita dapat mendefinisikan bahwa,
pengembangan organisasi ialah sebagai suatu usaha yang terencana, sistematis,
terorganisasikan, dan lebih bersifat kolaboratif antara prinsip pengetahuan
tentang perilaku dan teori organisasi dipadukan dan diaplikasikan (integreated and aplicated) guna
meningkatkan kualitas kehidupan organisasi yang tercermin pada peningkatan
kesehatan dan vitalitas organisasi.
- Dalam
sejarah Pengembangan Organisasi sangat erat hubungannya dengan teori
organisasi, yaitu: Teori Organisasi meliputi teori organisasi klasik,
teori organisasi neoklasik, dan teori organisasi modern.
ü Teori Organisasi Klasik, Dalam teori
ini, organisasi secar umum digambarkan oleh para teoritisi klasik sebagai
organisasi yang sangat tersentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi,
serta memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku dan tidak mengandung
kreatifitas. Teori Klasik berkembang dalam 3 aliran yaitu:
a.
Teori
Birokrasi
b.
Teori
Administrasi
c.
Manajemen
Ilmiah
ü Teori Organisasi Neoklasik, Dasar teori
ini adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai
individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya.
ü Teori Organisasi Modern, Teori modern
melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan dan saling
ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu
sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi
organisasi merupakan sistem terbuka.
Tujuan
Perkembangan Organisasi
Ø Menciptakan keharmonisan hubungan kejra
antara pimpinan dengan staf anggota organisasi.
Ø Menciptakan kemampuan memecahkan
persoalan organisasi secara lebih terbuka.
Ø Menciptakan keterbukaan dalam
berkomunikasi.
Ø Merupakan semangat kerja para anggota
organisasi dan kemampuan mengendalikan diri.
- Hambatan-hambatan dalam
pengenmbangan organisasi pada dasarnya terbagi menjadi dua bagian besar,
yaitu:
Pertama, rendahnya motivasi kerja karyawan. Hal
ini menghambat pencapaian efektivitas organisasi yang menuntut adanya peran
aktif dari pelaku organisasi, yaitu
sumber daya manusianya untuk dapat mengelola sumber daya lain yang ada dalam organisasi
dalam mencapai tujuannya.
Kedua, lemahnya kerja sama tim. Pelaku-pelaku
organisasi kurang dapat saling bahu-membahu dan saling menopang dengan kekuatan
dan kelemahannya masing-masing dalam bekerja sama demi mencapai tujuannya. Hal
ini akan menghambat pencapaian hasil kerja kelompok
Dan
dalam hal ini yang menjadi kendala dalam pengembangan organisasi secara garis
besar terdapat dalam masalah pokok yang berkaitan dengan pengembangan sumber
daya manusianya. Yang mana biasanya lebih dominan dalam mengembangkan kuantitas
dan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi dinamika perkembangan dunia
yang cepat. Ini berarti tingkat pendidikan sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Manusia harus terus dikejar, serta
menciptakan kesempatan kerja yang mencakup pemanfaatan sumber daya manusia
secara maksimal. Sumber daya manusia yang memiliki tingkat produktivitas
tinggi.
- Faktor-faktor penghambat lainnya menurut Herbert
Kaufman[6]
mengemukakan bahwa kegagalan untuk mengadakan perubahan didalam organisasi
dapat disebabkan oleh beberapa factor. Factor-faktor tersebut
dikelompoknya menjadi tiga kategori besar, yaitu:
Ø Hasrat untuk mempertahankan kestabilan
hidup bersama (acknow ledged collective
benefits of stability).
Ø Pertimbangan atas lawan-lawan yang
mungkin dihadapi untuk mengadakan perubahan (calculated
opposition to change).
Ø Ketidakmampuan untuk mengadakan
perubahan (inability to change)
ü Pembuatan mental (mental Blinders)
ü Hambatan Sistem (systemic Obstacles)
·
Keterbatasan sumber daya (resource limitation)
·
Terperangkap oleh biaya (sunk Cost)
·
Akumulasi
hambatan-hambatan perilaku yang
bersifat resmi
(accumulations of official constrain’ son
Behaviour).
·
Hambatan-hambatan
perilaku yang tidak
resmi dan tidak direncanakan.
·
Kesepakatan antar organisasi
BAB
III
DAFTAR
PUSTAKA
Adam, Indrawijaya,
Perubahan dan Pengembangan Organisasi. Bandung: Sinar Baru. (1983).
Etzioni Amitai,
Organisasi-organisasi Modern. Bandung : UPI Press. (1984).
Hick, Herbert, G. and
Gullet, G. Ray, Organization Theory and Behavior. Terjemahan Ali Saefullah.
Surabaya : Usaha Nasional. (1975).
Lubis, Hari &
Huseini, Martani, Teori Organisasi; Suatu Pendekatan Makro. Jakarta: Pusat
Antar Ilmu-ilmu Sosial UI. (1987).
[1]
(Beckhard, Organization Development: Strategies and Models, Reading, MA:
Addison-Wesley, 1969, p.9).
[2]
(Nielsen, 1984, Becoming an OD Practitioner, Englewood Cliffs, CA:
Prentice-Hall).
[3]
(Cummings and Worley, 1997, Organization Development and Change, 6th Edition,
South-Western Publishing).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
penulis sangat mengharapkan saran, kritik, dan pesan pembaca. so jangan lupa tinggalkan komentarnya yea,,,
atau bsa tulis lngsung di guestbook,,, thanks your visited