Managemen Dakwah

A. Pergerakan Dakwah
Pergerakan dakwah merupakan inti dari menajemen dakwah, karena dalam proses ini semua
aktifitas dakwah di laksanakan. Dalam hal ini pemimpin menggerakkan semua elemen organisasi untuk melakukan semua aktivitas-aktivitas dakwah yang telah di rencanakan, sehingga dari sinilah semua aksi rencana dakwah akan terealisier, dimana fungsi manajemen akan bersentuhan secara langsung dengan para pelaku dakwah. Dan dari sini pula proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian, atau peniliaan akan berfungsi secara efektif.
Adapun pengertian penggerakan ialah seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada pada bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu berkerja  dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efesien dan ekonomis. Motiving secara implicit berarti, bahwa pimpinan organnisasi di tengah bawahannya dapat memberikan sebuah bimbingan, instruksi, nasihat, dan koreksi jika di perlukan.
Adapaun teknik-teknik yang dapat menggoptimalkan perjalanan pergerakan dakwah ini ialah:
1.      Memberikan pelajaran secara komprehensif kepada seluruh elemen dakwah.
2.      Usahakan agar setiap pelaku dakwah menyadari, memahami, dan menerima baik tujuan yang telah di terapkan.
3.      Setiaap pelaku dakwah mengerti struktur organnisasi yang di bentuk.
4.      Memperlakukan bawahann secara baik dan memberikan penghargaan yang diiringi dengan bimbingan dan petunjuk untuk semua anggotanya.
Karenanya pemimpin dakwah sangat menentukan warna dari kegiatan-kegiatan tersebut. Dan pemimpin dakwah harus mampu memberikan motivasi, bimbingan, mengkordinasi, serta memciptakan sebuah iklim yang membentuk sebuah kepercayaan diri yang pada akhirnya dapat mengoptimalkan semua angotanya.
Dalam buku manajemen dakwah  karangan Munir dan Wahyu Ilaihi, mereka mengutip dalam sebuah buku karangan A. Rasyad Sholeh dengan judul bukunya, “Manajemen Dakwah Islam” terbitan tahun 1993. mengatakan,  Ada beberapa poin dari proses pergerakan dakwah yang menjadi kunci dari kegiatan dakwah, yaitu :
ü  Pemberian motivasi
ü  Bimbingan
ü  Penyelenggaraan komunikasi
ü  Pengembangan dan peningkatan pelaksana[1]

B.     Pemberian Motivasi
Motivasi diartikan sebagai kemampuan seorang menejer atau pemimpin dakwah dalam memberikan sebuah kegairahan, kegiatan dan pengertian, sehingga para anggotanya mampu untuk mendukung dan berkerja secara ikhlas untuk mencapai tujuan organisasi sesuai tugas yang di bebankan kepadanya.
Motivasi merupakan dinamisator bagi para elemen dakwah yang secara ikhlas dapat merasakan, bahwa pekerjaan itu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan, dengan kata lain bahwa motivasi adalah memberikan semangat atau dorongan kepada pekerja untuk menncapai tujuan bersama dengan  cara memenuhi kebutuhan dan harapan mereka serta memberikan sebuah penghargaan (reward).
Hal ini sebagaimana yang diindikasikan oleh hadis nabi yang menjelaskan: “kasihanailah mereka yang ada di bumi niscaya yang di langit akan mengasihani kamu.” Sementara hadis lain yg juga dapat di jadikan sandaran adalah: “manusia bergantung keada Allah, yang lebih dicintai-Nya adalah mereka yang bermanfaat bagi sesamanya.”
Dengan adanya rasa memiliki (sense of bellonging) dan rasa tangggung jawab (sense of responsibility) maka akan menumbuhkan rasa kecewa jika gagal dan rasa bahagia jika tujuannya berhasil. Motivasi sebagai sesuatu yang dirasakan sangat penting, akan tetapi ia juga sulit dirasakan, karena disebabkan beberapa alasan, yaitu:[2]
1.      Motivasi dikatakan penting (important subject)
Karena berkaitan dengan peran pemimpin yang berhubungan dengan  bawahannya, dan setiap pemimpin sangat di perlukan kemampuannya dalam memberikan motivasi kepada orang lain terutama bawahannya.
2.      Motivasi sebagai sesuatu yang sulit (puzzling subject)
Karena motivasi itu sebdiri tidak bisa diamati dan diukur secara pasti. Dan kita harus mengkaji lebih jauh pribadi masing-masing individu dalam mengukurnya. Dan hal ini juga di picu pada hal motivasi yang  berbeda-beda.
Ada bebrapa faktor yang memyebabkan teradinya motivasi, yaitu :
1.      Adanya proses intraksi kerja sama antara pemimpin dan bawahan atau orang lain, dengan kolega atau atasan pemimpin itu sendiri.
2.      Terjadinya proses intraksi antara bawahan dan orang lain yang diperhatikan, diarahkan, dibina, dan dikembangkan tetapi ada juga yang dipaksankan agar tindakan dan perilaku bawahan sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh pimpinan.
3.      Adanya perilaku yang dilakukan oleh para anggota berjalan sesuai dengan sistem nilai atau aturan ketentuan yang berlaku dalam organisasi yang bersangkutan.
4.      Adanya perbedaan perilaku yang ditampilkan oleh setiap anggota dengan latar belakang dan dorongan yang berbeda-beda.[3]
Jadi motivasi itu merupankan suatu peroses psikologis yang mencerminkan interaksi antarsikap kebutuhan persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang , motivasi ini mucul karena sebagai akibat dari proses psikolgis yang timbul disebabkan karena faktor dalam diri seseorang yang disebut intrinsik,[4] dan faktor luar diri seseorang yang disebut dengan faktor ekstrinsik.[5]
Dalam manajemen dakwah pemberian motivasi ini dapat berupa :
1.      Mengikut sertakan dalam pengambilan keputusan
Pengambilaan keputusan atau (decission making) merupakan sebuah tindakan yang penting dan mendasar dalam sebuah organisasi. Betapa tidak, sepanjang proses manajemen berlangsung, mulai dari tingkat perencanaan, perngorganisasian, pelaksanaan hingga pada pengendalian pengambilan keputuasan akan selalu berlangsung, sebuah manjemen akan bisa berarti dan berfungsi jika di lakukan pengambilan keputusan.[6] proses pengambilaan keputusan ini merupakan suatu langkah manjer yang bijak sana untuk memilih dari berbagai alternatif yang di tempuh.
Al-qu’an mensinyalir hal ini dengan firman Allah SWT, dalam surah al-baqrah ayat 30
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Dari ayat tersebut dapat di ambil sebuah pelajaran bahwa Allah SWT.  Sebelum menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi, terlebih dahuli melakukan dialogdan konfirmasi kepada malaikat sebagai makhluk-Nya. Allah mendengarkan sanggahan dan alasan logis para malaikat kemudain di patahkan dengan menonjolkan kelebihan manusia dalam aspek ilmu pengetahuan yang tidak di miliki oleh malaikat.
Di samping itu dalam tradisi sejarah para nabi terlihat bahwasetiap nabi menetapkan dan mengambil keputusan terlebih dahulu selalu mengkonfirmasikan kepada umatnya. Demikian juga dengan tindakan yang di lakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana terekan dalam hadis berikut ini:
“ketika hendak berperang Rasulullah mengundi di antara istri beliau (siap yang berhak diajak ikut dengannya), dan beliau berlaku sangat adil. Kemudian beliau berkata: “Ya Allah inilah pekerjaanku dari apa yang aku kuasaidan janganlah menyalahkan aku dari apa yang Engkau kuasai dan kami tidak menguasainya.”
Dalam istilah manajemen pengambilan keputusan didefinisikan sebagai prosesidentifikasi dan pemilihan alternatif-alternatif tindakan yang sesuai dengan tuntutan. (the process of identifying and choosing alternative courses of action in mannerappriate to demands of the situation).[7] Proses pengambilan keputusan ini akan menyangkut nilai-nilai dan kondisi masa depan yang sebagian besar tidak di ketahui dalam organisasi.
Proses pengikut sertaan pelibatan[8] dalam pengambilan keputusan ini, di samping dalam sebuah kegiatan yang bersifat formal atau terstruktur, juga dapat di lakukan dengan memberikan sebuah kesempatan pada semua elemen-elemen yang terkait dalam memberikan kontribusi pemikiran, baik kritik ataupun saran-saran yang bersifat konstruktif dan progresif yang menyangkut seluruh aktivitas dakwah.
Organisasi dakwah akan menghadapi permasalahan yang semakin kompleks seiring berjalannya waktu, oleh karena itu para pemimpin dakwah tidak sepenuhnya bergantung terhadap apa yang di kerjakan oleh anggotanya. Jadi hubungan mutualis dalam tugas-tugas dakwah harus sering dilakukan oleh para da’i yang juga menuntut mereka untuk saling berkonsultasi antar disiplin dalam satuan kerja.
F. W. Toylor dalam bukunnya yang berjudul “Principles of Scientific Management” menuliskan beberapa karakteristik dari budaya organisasi ini adalah:[9]
a.       Inovasisasi serta pengambilan resiko, sejauh mana para pekerja didorong untuk melakukan inovasi dan siap mengambil resiko.
b.      Perhatian kerincian, sejauh mana para anggota diharapakan memperlihatkan persepsi, kecermatan, analisis dan perhatian.
c.       Orientasi orang, sejauh mana keputusan manajemen yang memperhitungkan efek hasil-hasil padaorang-orang di dalam organisasi tersebut.
d.      Orientasi tim, sejauh mana kegiatan kerjadiorganisasilkan dalam sebuahtim bukan pada manajemen.
e.       Keagresifan, sejauh mana orang itu bersifat agresif, kompetetif dan tidak apatis.
f.       Kemantapan, sejauh mana kegiatan organisasi menekankan di pertahankannya status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.
Dengan demikian pada sisi lain juga akan di peroleh sebuahrasa persaudaraan dan kerja sama yang mantap. Seperti dalm surah asy-Syura ayat 38
tûïÏ%©!$#ur (#qç/$yftGó$# öNÍkÍh5tÏ9 (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# öNèdãøBr&ur 3uqä© öNæhuZ÷t/ $£JÏBur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZムÇÌÑÈ  
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”
Dan sebagaiman juga tersirat dalam surah Ali Imran ayat 159
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ  
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Sebenarnya kerangka yang lain ialah membuktikan, bahwa manusia dalam ajaran islam adalah makhluk yang istimewa dengan hak-hak yang istimewa pula. Kaitan dalam hal ini dalam aspek kemerdekaan dan kehormatan yang sama dalam mengatur bumi ini.  Kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia bisa disimak dalam surah Bani Israil ayat 70
* ôs)s9ur $oYøB§x. ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä öNßg»oYù=uHxqur Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur Nßg»oYø%yuur šÆÏiB ÏM»t7ÍhŠ©Ü9$# óOßg»uZù=žÒsùur 4n?tã 9ŽÏVŸ2 ô`£JÏiB $oYø)n=yz WxŠÅÒøÿs? ÇÐÉÈ  
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
2.      Memberikan Informasi Secara Komferehensif
Semua fungsi manajeriak dakwah itu sangat tergantung pada arus informasi, yakni data yang telah di atur atau di analisis untuk memberikan arti yang sangat permanen mengenai semua kondisi yang berlangsung, baik yang terjadi di dalam maupun di luar organisasi.
Karena struktur organisasi tidak hanya suatu rangkaian kontak dan garis yang saling berhubungan dalam suatu bagan. Tetapi suatu pola hubungan antarmanusia yang direncanakan maupun tidak direncanakan, yang telah berkembang selama satu periode sebagai tanggapan terhadap masalah-masalah manusiawi dalm organisasi itu.[10] Satu dari peran yang lebih jelasdari manjemen puncakialah menentukan tujuan keseluruhan dari organisasi.
Dalam penggunaan arus informasi, para manajer dakwahharus selalu memperhatikan mutu hubungan manusia didalam sebuah organisasi yang meliputi hal-hal yang bersifat: mengambil keputusan kritis, perwakilan, penanganan komunikasi ke bawah, menangani komunikasi ke atas, menyelesaikan perselisihan, serta sebuah umpan  balik yang akan di dapat.
Ada empat faktor yang dapat dijadikan sebuah evaluasi dalm sebuah organisasi, yaitu:[11]
a.       Mutu informasi,
Semakin akurat sebuah informasi, maka akan semakin tinggi mutu dan akan semakin aman pemimpin dakwah dalm memercayai dalam membuat keputusan.

b.      Ketepatan waktu informasi
Pada proses aktivitas dakwah diperlukan sebuah ketepatan informasi, ini di perlukan untukmenghindari tindakan yang salah, serta pelaksanaan korektif yang akurat.
c.       Mutu informasi
Dalam sebuah organisasi akan di dapat banyak sekali informasi yang masuk. Semakin banyak informasi yang masuk, maka akan semakin sulit dalm pembuatabn keputusan. Namun dari sinilah diperlukan sebuah keterampilan sebuah elemen dalam mengakses dan mengakomodir, sehingga informasi yang sifatnya membantu akan di peroleh dengan tepat.
d.      Relevansi informasi
Ini merupakan kelanjutan dari mutu informasi itu sendiri, dimana kolerasinya terdapat pada para pemimpin dakwah. Mereka harus mampu mempertanggung jawabkan informasi yang relevan tersebut dengan tugas-tugasnya.
Perlu diingat, bahwa dalam pemberian informasi ini harus memerhatikan feeedback-nya, apakah sudah dapat diterima dengan baik sebagaimana yang di harapkan. Hal ini sesuai dengan hadis yang menyatakan: “tidak termasuk umat kami orang yang tidak menyenangi atasan dan bawahan dan tidak melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar.”







DAFTAR PUSTAKA
Munir, M dan Ilaihi Wahyu, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.
Wahjsumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia, 1993.
Zaini Muhtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al-Amin dan IKFH, 1996.
J. L. Cotton, Employe Involvement, NowBurry Park: CA; SAGE, 1993.
George Starauuss, Leonard Aayles, Manajemen Personalia Segi Manusia dalam Organisasi, Jakarta: Pustaka Binaman Presindo, 1995.




[1] Munir, M dan Ilaihi Wahyu, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, hal 140
[2] Ibid
[3] Dorongan yang berbeda-beda ini dapat terjadi, karena keinginan dalam rangka kebutuahan yag berbeda-beda dan sifat dasar dari manusia yang bersifat heterogen, didukung dengan latar belakang budaya yang bebeada pula dalam organisasai
[4] Dalam faktor ini dapat berupa keperibadian, sikap, pengalaman, dan pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita yang berorientasi kemasa depan
[5] Sementara faktor ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa disebabkan karena pengaruh pemimpin, kolega, atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi kedua faktor tersebut motivasi ini timbul karena adanya rangsangan. Wahjsumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, (Jakarta: Ghalia, 1993) hal: 174.
[6] Zaini Muhtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al-Amin dan IKFH, 1996, hal: 57.
[7] R. Kritiner, management, (Boston: HoughtonMifflin Company, 1989), edisi ke-4, hal 225
[8] Suatu proses partisipasi yang menggunakan seluruh kapasitas karyawan dan di rancang untuk mendorongpeningkatan komitmen bagi suksesnya organisasi. J. L. Cotton, Employe Involvement, NowBurry Park: CA; SAGE, 1993, hal: 3.
[9] Op cit, hal: 147.
[10] George Starauuss, Leonard Aayles, Manajemen Personalia Segi Manusia dalam Organisasi, Jakarta: Pustaka Binaman Presindo, 1995, hal: 403.
[11] Op cit, hal: 150.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

penulis sangat mengharapkan saran, kritik, dan pesan pembaca. so jangan lupa tinggalkan komentarnya yea,,,
atau bsa tulis lngsung di guestbook,,, thanks your visited